CARA MUDAH & CEPAT MENULIS SKENARIO FILM & TELEVISI
CARA MUDAH
MENULIS SKENARIO
UNTUK PEMULA
PRAKARTA DARI PENULIS
Buat saya, bidang penulisan skenario
adalah sebuah ladang yang subur, namun jarang didatangi orang untuk
mengolahnya. Hanya segelintir saja yang mau terjun ke dalam dunia penulisan
skenario, yang sebenarnya menjajikan.
Tapi oke lah, saat ini mulai muncul
penulis-penulis baru atau muda, yang meramaikan dunia pertelevisian dan
perfilman. Di antara mereka ada yang berbakat dan ada juga yang biasa-biasa
saja. Walaupun penilaian atas baik atau buruknya seorang penulis itu sangatlah
relatif. Sebuah film misalnya.. ada yang bilang bagus, ada yang bilang biasa
saja, ada juga yang bilang buruk sekali. Saya tidak mempermasalahkan hal itu.
Yang saya sedih adalah, banyak penulis skenario kita yang ‘rela’ nulis skenario
dengan cara mencontek karya orang! Bahkan, bukan hanya mencontek, tapi
MENJIPLAK!!! Waow.. mengerikan!
Percaya atau tidak, itulah yang
terjadi di dunia persinetronan kita, dan bahkan merambah hingga perfilman kita.
Bangsa macam apa kita ini, kok bikin karya dengan cara mencontek!?
Nggak
usah dulu deh, mencap bangsa Malaysia sebagai bangsa pencuri! Tapi lihat pada
diri kita sendiri.. apa sih yang udah kita lakukan? Apakah kita sudah melakukan
hal-hal yang terpuji? Jawabannya TIDAK!!!
Bukti
paling otentik adalah di bawah ini.. Dunia persinetronan kita yang
digadang-gadang lagi naik daun, ternyata telah melakukan hal yang sangat
memalukan! Dari survey yang ada, lebih dari 100 sinetron dan ftv yang NYONTEK
film / sinetron asing! Apa itu yang kita banggakan!? Kita buat sinetron atau
film dengan cara mencontek!? Apakah sudah bodoh para tim kreatif negeri ini!?
Apa sudah nggak ada cerita lagi yang bisa digali oleh penulis cerita bangsa
ini!? Apakah sudah habis manusia-manusia macam PRAMUDIA ANANTA TOER, REMMY
SILADO, MIRA W, DLL.. sehingga untuk bikin sinetron atau film kita harus
NYONTEK!!!
Ya
Tuhan.. apa lagi yang bisa dibanggakan tinggal di negara ini!? Udah
pemerintahnya korup.. Eh, tontonannya juga contekan!!! MENCONTEK ITU SAMA SAJA
DENGAN MEMBAJAK! MEMBAJAK ITU KRIMINAL! ARTINYA, MENCONTEK ITU SEBUAH
KRIMINAL!!!
Dan
pertanyaan untuk para pembuat sinetron di bawah ini, baik itu PRODUSER, SUTRADARA
DAN PENULIS SKENARIO, SERTA STASIUN TV.. Banggakah kalian berhasil menciptakan
sebuah karya, dimana karya itu adalah karya CONTEKAN!!! Setahu saya.. dulu
waktu masih sekolah, guru tidak segan-segan mengeluarkan muridnya yang ketahuan
mencontek! Tapi ini, di bangsa yang katanya membanggakan ini, justru malah
menghibur masyarakatnya dengan CONTEKAN!!!
Baiklah,
semoga saja, postingan saya ini bisa bermanfaat buat siapa saja yang akan dan sedang belajar menjadi Penulis Skenario.
Silahkan
membaca. Apabila kurang jelas, saya siap membantu.
Penulis,
Puguh
P. S. Admaja
CARA MUDAH MENULIS
SKENARIO
UNTUK PEMULA
Oleh: Puguh
P. S. Admaja
PEMBUKAAN
APA SIH SEBENARNYA SKENARIO ITU?
Skenario adalah sebuah blueprint atau outline, atau dalam bahasa kita biasa disebuat dengan cetak biru
atau buku panduan. Oke, kita pake bahasa yang mudah saja.. kita sebut skenario
sebagai buku panduan. Lebih spesifik lagi, skenario adalah sebuah buku panduan
dalam sebuah pembuatan film atau sinetron. Karena skenario adalah sebuah buku
panduan, tentunya skenario harus dibuat sehingga bisa dimengerti oleh semua
pembuat film / sinetron: Produser, Sutradara, DOP, Art Director, semua kru yang
bersangkutan, dan tentunya para Pemain yang siap memerankan tokoh-tokoh yang
ada di dalam skenario tersebut. Untuk membuat buku panduan tersebut bisa enak
dibaca dan dimengerti semua orang, tentunya harus mengikuti format-format
penulisan, yang akan dijelaskan kemudian.
Hal wajib dimengerti oleh para calon
penulis skenario adalah.. Film / Sinetron adalah bahasa visual. Artinya dalam
menulis skenario, kita tidak sedang bercerita kepada para penonton, melainkan
mempertontonkan adegan demi adegan kepada para penonton. Berarti sekarang kita
tahu, apa yang ditulis oleh kita sebagai penulis skenario adalah, apa-apa yang
dilihat dan didengar oleh para penonton.
PREMIS, SINOPSIS &
SCENE PLOT
1. MENULIS
CERITA KEREN
Menulis cerita
adalah sebuah karya seni, yang penilaian tentang baik atau buruknya sangat
relatif. Setiap kita sah-sah saja untuk menulis cerita apapun yang kita mau.
Tapi dalam menulis cerita untuk skenario film / Sinetron, jelas ada beberapa
hal penting yang layak kita cermati. Yaitu.. kita tidak sedang menulis cerita
untuk diri kita sendiri, melainkan untuk kita pertontonkan kepada orang banyak
/ penonton. Tentunya sedikit banyak kita harus paham, apa yang dimaui para
penonton kita?
Sebenarnya
mudah-mudah saja, cerita yang kita buat harus mewakili kehidupan para penonton
kita. Misalnya: Menurut survey, prosentase penonton film / sinetron kita adalah
anak-anak ABG atau remaja yang umurnya 12 – 20 tahun. Wah, berarti gampang
dong, buat saja cerita tentang kehidupan anak-anak muda yang umurnya SMP, SMA
atau kuliah. Bukti paling otentik ada kok, film “Ada Apa Dengan Cinta” laku
keras di pasaran. Alasannya cuma satu kok, cerita yang dikemas di film itu
membuat anak-anak SMU di Indonesia terwakili. Mereka hanyut dalam cerita itu.
Sehingga ketika keluar dari gedung bioskop, yang cewek merasa jadi Cinta, dan
yang cowok bergaya bak seorang Rangga.
Selain itu..
prosentase penonton kita rupanya lebih banyak cewek ketimbang cowok. Artinya
jelas, membuat cerita yang memuat konflik-konflik tentang wanita akan lebih
diminati. Contohnya banyak lah, ada “Ca-Bau-Kan”, “Detik Terakhir”, atau yang
baru-baru ini “Perempuan”.
Masih banyak lagi
cerita-cerita yang bisa digali, baik itu drama, action, komedi, atau pun horor.
Yang paling penting adalah, setiap cerita pasti ada sosok tokoh yang membuat
para penonton simpati, sehingga tokoh itu akan dibela oleh para penonton.
Penonton akan makin tegang, apabila tokoh yang mereka simpati menjadi korban
sebuah teror. Itu yang biasa terjadi pada film horor.
Jadi singkatnya, selain
membuat cerita yang keren, ada hal yang penting yang harus kita pikirkan dalam
menulis cerita untuk skenario film / sinetron.. yaitu cerita tersebut disukai
para penonton kita.
2. PREMIS
Biasanya premis hanya dibuat dalam 1
atau 2 kalimat saja. Bagi sebagian penulis skenario, premis sangat penting,
mengingat premis ini akan diletakan di depan / di atas sebelum sinopsis. Hanya
1 atau 2 kalimat, premis sudah bisa mewakili apa yang akan diceritakan dalam
film tersebut.
Contoh:
Film PENGABDI SETAN, premisnya: “Seorang
pembantu datang untuk merebut harta majikannya, dengan cara mengabdi pada
setan.”
Film ADA APA DENGAN CINTA, premisnya: “Cinta
menipu dirinya sendiri, di hatinya ada cinta. Cinta kemudian jujur, namun cinta
itu sudah hampir pergi.”
3. SINOPSYS
Sinopsis adalah sebuah ringkasan
cerita. Ingat, ringkasan cerita! Ringkasan, berarti dibuat secara ringkas.
Singkat, padat, dan jelas. Pembuatan sinopsis adalah proses yang amat penting.
Karena dari sinopsis inilah, Produser akan menentukan cerita tersebut layak
diproduksi atau tidak. Sebab, banyak cerita yang sebenarnya baik / bagus, tapi
gagal dieksekusi hanya lantaran si penulis skenario kurang piawai dalam menulis
sinopsis.
Sinopsis harus ditulis stright to the point, artinya langsung
pada permasalahan. Karena si pembaca sinopsis (produser, atau pun skrip editor)
hanya ingin tahu cerita dan masalah yang terkandung dalam cerita tersebut. So,
bisa dibayangkan kan, jika sinopsis dibuat secara mendayu-dayu dan lamban. Bisa
jadi produser membuang sinopsis kita di tong sampah!
Setiap paragraf dalam sinopsis harus
sudah menunjukan kesinambungan cerita.. ada ceritanya.. ada isinya.. bukan
hanya sekedar proses!
Biasanya, kalo sudah sering bikin
cerita, kita sudah paham, menulis sinopsis sudah memikirkan dramaturgi. Artinya
di sinopsis itu sudah tergambar dengan jelas: Apa masalahnya? Bagaimana masalah
membesar? Dan seperti apa puncak masalah (biasa disebut turning point / klimaks)? Dan seperti apa penyelesaiannya.
Namun.. ada juga penulis yang tidak
mau menuliskan penyelesaian ceritanya, agar si pembaca akan penasaran, seperti
apa akhir dari cerita itu. Jenis sinopsis yang seperti ini harus punya masalah,
konflik dan puncak masalah yang memang kuat, menggigit dan menarik. Kalo nggak
menarik, Produser pasti ogah pengen
tau hasil akhirnya.
Contoh sinopsis
yang lamban:
Pagi itu indah sekali. Palupi jalan santai dan ceria
menuju sekolahnya. Memang seperti itulah Palupi, selalu ceria. Sesampainya di
sekolah..
Pembahasan:
Sinopsis di atas bisa kita baca, sangat lamban, sangat
bertele-tele. Kalo produser yang baca pasti sudah malas. Karena dari 3 kalimat
yang dibuat, kita nggak dapat apa-apa.
Contoh sinopsis
yang stright to the point:
Heni yang sering mengharumkan nama sekolah lewat tari
daerahnya, kini harus menerima kenyataan, diarak keliling sekolahnya karena aib
yang dibuatnya. Seminggu kemudian dia dikeluarkan dari sekolahnya lantaran
terbukti ngesex dengan guru biologinya.
Pembahasan:
Dari 2 kalimat awal saja kita sudah bisa tahu, apa yang
terjadi. Dan pasti kita ingin tahu, seperti apa cerita selanjutnya. Setiap
kalimat mengandung makna yang panjang, bukan hanya sekedar basa-basi untuk
manjang-manjangin cerita saja.
4. SCENE PLOT
/ TREATMENT
Nah, menurut saya, inilah tahapan yang
paling krisial dalam pembuatan skenario. Sebab, Scene Plot / Treatment ini bisa
dikatakan sebagai blue print. Dari sini dramaturgi akan dibuat secara
gamblang.. kapan masalah dimulai? Kapan masalah akan memuncak (turning point)? Dan bagaimana
penyelesaian masalahnya?
Scene Plot / Treatmen adalah uraian
singkat yang ada di setiap scene. Jadi scene plot akan ditulis dari scene 1
hingga scene terakhir.
Contoh Scene Plot:
6. Adegan dibuka dengan teriakan para
murid di halaman sekolah saat upacara. Mereka girang, saat kepala sekolah
ngumumin, darma wisata kali ini ke Bali. Yola (tokoh utama) dan 3 sobatnya
(Disti, Tisa, Via) nggak kalah girangnya. Di barisan lain Waldi (keren, tapi
sok ganteng) memandangi Yola dengan senyum penuh hasrat..
7. Koridor SMU.. Sambil jalan, Waldi
menunjukan keyakinannya di depan Rudi dan Kaka, bahwa dia yakin banget bisa
menggaet Yola. Lumayan, bisa buat temen jalan di Bali nanti. Rudi dan Kaka
manas-manasin, “Kalo emang lu playboy,
tunjukin sekarang juga dong.. kalo bisa ngegaet si Yola.” Waldi panas.. ada
hal yang membuat Waldi yakin, adalah lantaran dia masuk 10 besar di kelasnya.
Sudah pasti cewek suka sama cowok pinter kan. Waldi yakin.. dia mau tunjukan ke
kedua sobatnya itu..
8. SMU. Parkiran Mobil.. Yola, Disti, Tisa
dan Via menuju mobil. Sambil jalan mereka ngobrol tentang senangnya mereka mau
berangkat ke Bali. Disti, Tisa dan Via ngebayangin enaknya jalan-jalan di
Legian, nikmatin ombak di Pantai kuta, atau makan-makan di Jalan Tuban. Tapi
beda dengan Yola, dia lebih milih untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah,
macam: Taman Ayun, Pura peninggalan raja-raja dulu.. atau tanah lot yang
bersejarah.. dan semua yang ada hubungannya dengan sejarah.. Tiba-tiba muncul
Waldi, dia minta waktu ke Yola sebentar..
SKENARIO
1. HALAMAN
PADA SKENARIO
·
Skenario ditulis dengan menggunakan huruf courier new 12.
·
Kertas ukuran A4 (8,5” X 11”).
·
Batas atas dan batas bawah antara 0,5 “ sampai 1”.
·
Margin kiri 1,2” sampai 1,6”.
·
Margin kanan 0,5” sampai 1”
·
Spasi 1.
·
Nomer halaman dicetak di kanan atas halaman.
·
Dengan format penulisan seperti di atas, rata-rata 1
halaman akan menjadi 1 menit adegan.
2. JUMLAH
HALAMAN
·
Sinetron ½ jam (Dengan asumsi sudah termasuk iklan) à berkisar
antara 15 – 20 halaman.
·
Sinetron 1 jam (Sudah termasuk iklan) à Bisa
mencapai 40 – 44 halaman. Tapi biasanya halaman itu lama kelamaan akan
berkurang (seiring dengan bertambahnya episode), apabila sinetron tersebut
dapat sambutan bagus dari penonton, sehingga berimbas pada jumlah spot iklan
yang terpasang, yang akan mempengaruhi bangunan cerita.
·
FTV 1,5 jam (Sudah termasuk iklan) à 60 – 70
halaman.
·
FTV 2 jam (Sudah termasuk iklan) à 85 – 95
halaman.
3. SCENE
HEADING
Scene Heading akan
menerangkan kepada si pembaca skenario dimana scene yang bersangkutan
bertempat. Penulisan Scene Headung selalu diawali dengan Nomer Scene, lalu INT
(Interior, yang berarti di dalam ruangan) atau EXT (Exterior, berarti di luar
ruangan). Baru kemudian diikuti dengan tempat. Misalnya: RUMAH DANIEL, KAMAR
SOFIA, MOBIL, LAPANGAN SEPAKBOLA, DLL. Dan selanjutnya diakhiri dengan waktu
scene tersebut. Misalnya: PAGI, SIANG, SORE, MALAM, SUBUH.
Contoh penulisan
Scene Heading:
1. INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
2. EXT. LAPANGAN SEPAKBOLA – SORE
3. INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
4. INT. KAFE – MALAM
4. ACTION
Action atau biasa
disebut dengan deskripsi, ditulis sepanjang halaman. Pada action ini kita akan
menerangkan kepada pembaca skenario tentang apa yang terjadi dalam scene yang
bersangkutan. Siapa tokoh yang ada, apa yang dia / mereka lakukan, dan apa yang
terjadi. Tidak ada dialog dalam ruang Action. Setiap nama tokoh ada baiknya
menggunakan huruf besar semuanya, agar memudahkan para pembaca tentang ada
berapa tokoh dalam scene tersebut.
Contoh:
1.
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak!
DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat
aksi anaknya itu..
3.
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan
DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke
depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL.
ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
5. CHARACTER
NAME (NAMA TOKOH)
Penulisan nama
tokoh yang berdialog ditulis dengan huruf besar. Misalnya: DANIEL, ASTUTI,
PAMBUDI, DLL. Letak penulisannya adalah pada posisi 3,5” dari kiri.
Apabila dalam
sebuah scene ada beberapa peran tambahan / figuran yang ikut berdialog bisa
ditulis pekerjaan si tokoh tersebut. Misalnya: POLISI #1, POLISI #2, GURU #1,
DOKTER #3, DLL.
Contoh:
1.
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak!
DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat
aksi anaknya itu..
DANIEL
3.
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan
DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke
depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL.
ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
DANIEL
6. DIALOG
Penulisan dialog
menjorok dari kiri sepanjang 2.0 “ –
2.5”, dengan panjang sekitar 30 sampai 35 karakter.
Contoh:
1.
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak!
DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat
aksi anaknya itu..
DANIEL
(MARAH) Liat majalah itu, pah! (KERAS) Liat!!!
PAMBUDI
makin kaget.. perlahan pandangannya ditujukan ke majalah itu.. pelan tangannya
menjulur ke arah majalah, mengambil majalah, lantas disodorkan ke matanya. Di
cover depan majalah itu ada gambar PAMBUDI yang sedang mesra dengan CEWEK
CANTIK.
PAMBUDI
(GERAM) Jadi itu yang selama ini papa lakukan di luar
sana!? Papa sudah berhianat sama mama!
PAMBUDI
(BINGUNG. MENGIBA) Daniel.. denger dulu.. papa bisa
jelasin semuanya..
DANIEL
(TEGAS) Daniel muak sama papa!
3.
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan
DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke
depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL.
ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
DANIEL
makin geram.. makin marah.. memuncak.. dan teriak..
DANIEL
(TERIAK HISTERIS) Papa sialan!!!
7. PARENTHETICAL
Agar lebih gampang,
kita sebut saja emosi. Emosi yang ada pada para tokoh yang sedang berdialog.
Misalnya: Tertawa, marah, teriak, geram, menangis, mengiba, dll.
Penempatan
Parenthetical diletakan di depan dialog. Seperti yang sudah dicontohkan di
atas. Namun ada cara penulisan skenario yang lain, dimana keterangan emosi
tersebut diletakan di tempat tersendiri, di bawah nama tokoh dan di atas
dialog, dengan posisi margin pada kurang-lebih 3”.
Contoh:
1.
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak!
DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat
aksi anaknya itu..
DANIEL
(MARAH)
Liat majalah itu, pah!
(KERAS)
Liat!!!
PAMBUDI
makin kaget.. perlahan pandangannya ditujukan ke majalah itu.. pelan tangannya
menjulur ke arah majalah, mengambil majalah, lantas disodorkan ke matanya. Di
cover depan majalah itu ada gambar PAMBUDI yang sedang mesra dengan CEWEK
CANTIK.
PAMBUDI
(GERAM)
Jadi itu yang selama ini papa lakukan di luar sana!? Papa
sudah berhianat sama mama!
PAMBUDI
(BINGUNG. MENGIBA)
Daniel.. denger dulu.. papa bisa jelasin semuanya..
DANIEL
(TEGAS)
Daniel muak sama papa!
Pada bagian ini ada
baiknya kita juga tahu istilah CONTINUING, atau berlanjut. Artinya dialog dari
seorang tokoh terpotong dengan sebuah Action, dan berlanjut lagi kemudian.
Contoh
penulisannya:
34.
EXT. TAMAN – SORE
DANIEL
dan ASTUTI berjalan beriringan menyusuri jalan taman. Sesekali ASTUTI menoleh
ke DANIEL yang sedang kalut. Perlahan tangan ASTUTI menyentuh tangan DANIEL..
meremas mesra. DANIEL merasakan itu.. DANIEL berhenti tepat di depan bangku
taman, memandang ASTUTI..
DANIEL
(MENGHELA NAFAS) Gue bosen sama semua ini, Ti.
DANIEL
melihat bangku.. lantas dia duduk di sana..
DANIEL
(CONTINUE) Orang yang begitu gue kagumi, ternyata
ngecewain gue.
8. EXTENSION
Ada dua extension
yang dikenal dalam penulisan skenario, yaitu V.O dan O.S.
·
V.O singkatan dari Voice Over, artinya sebuah suara orang
bicara yang muncul pada saat si tokoh tidak sedang bicara. V.O biasa digunakan
untuk suara hati, suara pikiran, atau bisa juga untuk menunjukan adanya suara
hantu yang menggema. Penulisan V.O deengan menggunakan tanda kurung (V.O), yang
diletakan di belakang nama tokoh. Misalnya: DANIEL (V.O), ASTUTI (V.O), HANTU
(V.O), DLL.
·
O.S singkatan dari Off Screen, yang maksudnya adalah
terdengar suaranya tapi tak terlihat yang bicara. Hal itu biasa dijumpai
misalnya saat Daniel sedang bicara dengan Ibunya yang ada di dalam kamar. Saat
itu Ibunya tak nampak di adegan, yang muncul hanya suaranya saja saat sedang
bicara dengan Danil yang berada di luar
kamar. Ada juga penulis yang menulis O.C (Off Camera), namun kurang umum. Penulisan
dan penempatannya sama persis dengan V.O. Contohnya: IBUNYA DANIEL (O.S),
ASTUTI (O.S), DLL.
Contohnya:
22.
INT. RUMAH DANIEL. DEPAN KAMAR MAMA – SORE
DANIEL
yang sudah siap pergi, mengentuk pintu kamar Mamanya..
DANIEL
Cepetan, mah. Udah sore nih.
MAMA (O.S)
Iya.. lima menit lagi.
DANIEL
(KESAL) Aduh, mama.. dari tadi lima menit melulu..
MAMA (O.S)
Oke.. oke.. kali ini bener-bener lima menit.
9. TRANSITION
Dalam bahasa
Indonesia kita kenal dengan nama Transisi. Transisi ada di antara 2 scene.
Tepatnya antara ending scene sebelum dengan Scene Heading sesudahnya. Ada
beberapa Transisi yang kita kenal dalam penulisan skenario, a.l:
·
CUT TO: Perpindahan scene satu ke scene berikutnya secara
patah, atau langsung.
·
DISSOLVE TO: Perpindahan scene satu ke scene berikutnya
dengan cara.. gambar di scene satu memudar.. di saat yang sama muncul gambar
dari scene berikutnya yang menguat.. berakhir menjadi gambar scene berikutnya
secara keseluruhan.
·
FADE TO: Scene satu perlahan menghilang menjadi black..
dibarengi dengan muncul gambar scene berikutnya secara perlahan. Beberapa
penulis menulis dengan FADE OUT: FADE IN, yang maksudnya sama, yaitu gambar
lama menghilang, muncul gambar baru.
·
FLASH TO: Perpindaha scene yang disertai seperti
munculnya sebuah kilatan
Contoh penulisan
Transition:
Mendengar
omongan DANIEL yang dianggap keterlaluan, membuat PAMBUDI kalap. Dengan cepat
PAMBUDI menampar muka DANIEL. Tamparan itu membuat nanar mata DANEIL.
Dipandanginya wajah PAMBUDI dalam-dalam.. setelah itu DANIEL memutuskan pergi.
CUT
TO:
3.
EXT. JALAN RAYA – SIANG
Mobil
Daniel melintas dengan sangat kencang..
CUT
TO:
4.
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SIANG
DANIEL
mengemudi mobilnya ngebut. Pandangannya marah.. terus ke depan.. kakinya terus
menekan gas.. ada dendam di matanya.. perlahan tangannya mengusap pipinya yang
bekas ditampar Pambudi.
10. ISTILAH-ISTILAH
LAIN YANG DIPAKAI
Di bawah ini
beberapa istilah yang ada dalam penulisan skenario:
·
B.G: Background
Contoh:
DANIEL masih duduk di bangku taman. Di posisi B.G ada
ASTUTI yang terus memandangi DANIEL dengan sedih.
·
F.G: Foreground
Contoh:
MARIA mendekati SAMUEL yang menjadi F.G.
·
S.F.X: Sound Effect
Contoh:
S.F.X: Hujan deras dan kilat yang menyambar-nyambar.
·
SPFX: Special Effect
Contoh:
S.P.F.X: Wajah DAWSON menghadap kamera.. perlahan klit
wajah itu melepuh.. kemudian meleleh seperti lilin.. dan benar-benar menjadi
cair seperti air yang mendidih.
·
P.O.V: Point Of View
Contoh:
SANDI menoleh ke arah kanan. SANDI kaget.
P.O.V SANDI: Di sana ada SANDRA, kekasihnya, sedang
bermesraan dengan COWOK lain.
11. MONTAGE
Montage bisa
didefinisikan dengan, adegan-adegan singkat yang bersambung-sambung untuk
mempercepat dramaturgi cerita.
Misalnya: Daniel
akhirnya menyadari tentang kesalahannya, bahwa papanya yang selama ini dia
sangka selingkuh, ternyata tidak sama sekali. Itu sebabnya Daniel buru-buru
pulang. Sampai rumah, tidak ada papanya. Papanya sudah pergi. Lekas Daniel cari
tahu kesana-sini, dimana papanya berada. Tanya sana.. tanya sini.. mencari
kesana-mencari kesini.. hingga kemudian sampailah Daniel di sebuah desa, dimana
dia mendapati papanya sudah sakit keras.
Nah, adegan di atas
akan berjalan dengan cepat. Montage lebih sering tanpa dialog. Tapi kalopun ada
dialog, hanya sedikit saja, yang fungsinya hanya untuk menguatkan informasi.
Contoh penulisan
Montage:
MONTAGE:
1. Daniel melajukan mobilnya dengan kencang..
2. Mobil Daniel sampai di halaman rumahnya..
3. Daniel membuka pintu kamar papanya, disana tidak ada
Pambudi..
4. Daniel mencari ke semua tempat di rumah dengan panik..
5. Daniel dapat kabar dari Pembantu, Pambudi pergi..
6. Daneil mencari ke segala tempat..
7. Daniel bertemu dengan Perempuan yang dulu pernah
disangka sebagai selingkuhan Pambudi.. Dari perempuan itu Daniel tahu, kemana
Pambudi.
8. Daniel sampai di sebuah halaman rumah di desa..
9. Daniel masuk rumah, mendapati papanya sudah sekarat..
END OF MONTAGE.
12. INTERCUT
INTERCUT, atau
beberapa penulis menulis dengan istilah INTERCUT WITH: Istilah INTERCUT
digunakan untuk menggambarkan scene satu dengan scene lain yang
berpindah-pindah. Kita kerap penemukan pada saat adegan telfon. Misalnya saja,
saat DANIEL yang ada di mobilnya menelfon ASTUTI yang ada di rumahnya.
Percakapan di telfon cukup panjang, jadi tidak mungkin setiap ASTUTI bicara
akan disebut sebagai scene baru. Demikian juga saat DANIEL bicara, bukan
merupakan scene yang baru. Kalo itu semua ditulis scene baru, bisa dibayangkan,
ada berapa scene di setiap adegan telfon.
Selain adegan
bertelfon, INTERCUT WITH juga bisa digunakan pada beberapa adegan yang lain
yang membutuhkan CUT TO CUT dari scene 1 ke scene lainnya. Misalnya saja pada
sebuah adegan, seorang COWOK yang sedang kasmaran ada di kamarnya sedang
membayangkan seorang CEWEK. Rupanya, pada saat yang sama, si CEWEK itu juga
sedang membayangkan si COWOK. So, adegan ini dibutuhkan perpindahan gambar dari
CEWEK ke COWOK, kembali ke CEWEK, dan seterusnya.
Ada 2 cara
penulisan INTERCUT WITH, yang kita bisa pilih salah satunya.
Contoh I penulisan
INTERCUT WITH:
41.
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SIANG
DANIEL
nyetir dengan gelisah. Melihat HP yang tegeletak di jok sebelahnya, lekas
DANIEL menyambarnya. Sambil tetap waspada pada jalanan di depan, DANIEL menekan
nomer telfon. Setelah selesai, dia pasang hand’s free itu di kupingnya.
INTERCUT
WITH:
42.
INT. RUMAH ASTUTI. RUANG TENGAH – SIANG
Telfon
rumah berdering. ASTUTI keluar dari kamarnya.. menuju meja telfon, mengangkat
gagang telfon dan bicara..
ASTUTI
Halo..
DANIEL
Halo, Ti.. ini aku.. Daniel..
ASTUTI
(KAGET. CEMAS) Ya ampun, daniel.. kamu kemana aja!? Semua
orang nyari kamu!
DANIEL
Astuti.. aku butuh kamu. Aku pengen ketemu kamu.
Contoh II penulisan
INTERCUT WITH:
21.
INT. KAMAR SAMUEL – MALAM
SAMUEL
sudah duduk, menghadapi buku pelajarannya. Dia sama sekali sulit konsen. Dia
tutup buku itu.. kemudian pandangannya menerawang..
22.
INT. KAMAR MARIA – SIANG
Di
saat yang sama, MARIA juga sedang gelisah.. sulit tidur. Hanya bisa memeluki
gulingnya saja.. dia terus senyum kasmaran.
INTERCUT
BETWEEN SAMUEL AND MARIA:
SAMUEL
berdiri.. menuju jendela.. horden dibuka.. memandangi keluar, entah kemana..
MARIA
bangun dari tidurnya.. menuju ke jendela.. membuka horden.. memandangi keluar
dengan senyum..
SAMUEL
juga tersenyum.. dia sedang kasmaran..
MARIA
memegangi jeruji teralis jendela, seolah mendekap tubuh SAMUEL.
13. KERAPIAN PENULISAN
SKENARIO
Seperti yang sudah
kita singgung di awal tadi, bahwa skenario akan dibaca oleh beberapa orang yang
terlibat dalam pembuatan film / sinetron. Itu artinya, sangat diperlukan
kerapian sebuah skenario. Di bawah ini ada beberapa masukan yang sebaiknya
dilakukan atau pun tidak dilakukan dalam menulis skenario.
·
Pada lembaran pertama skenario adalah lembaran Judul,
Penulis Skenario, dan Tanggal penulisan Skenario.
·
Skenario harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, sehingga akan mudah dimengerti oleh si pembaca.
·
Penggunaan tanda baca harus diperhatikan, yang sebisa
mungkin menggunakan ketetapan yang ada pada EYD.
·
Skenario yang sudah selesai ditulis, agar dibaca lagi
dari awal hingga akhir. Selain untuk memastikan dialog, scene maupun
dramaturgi, juga kita akan mendapati kesalahan-kesalahan tulisan yang bisa
dibetulkan.
·
Jangan menulis Scene Heading di akhir halaman!
·
Jangan menulis Action di awal halaman!
·
Tidak menulis Nama Tokoh (Untuk dialog) di akhir halaman!
·
Sebaliknya dialog tidak ditulis di awal halaman.
·
Tidak mengawali halaman dengan Transition (CUT TO, FADE
TO, DISSOLVE TO, DLL).
·
Sebaiknya skenario diakhiri dengan Nama Penulis dan
Tanggal penulisan. Dan jika diperlukan nomer HP si Penulis juga tercantum. Agar
memudahkan bagi Sutradara atau kru yang lain menghubungi Penulis saat ada
bagian dari skenario yang kurang jelas.
14. PENUTUP
Saya rasa itu semua
cukup buat siapa saja yang baru mulai menulis skenario. Saya hanya kembali
menggaris bawahi, bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini selagi kita mau untuk
terus berusaha. Bakat memang penting. Namun tanpa kerjakeras, bakat bukanlah
apa-apa. Jenius itu, 1% bakat ditambah 99% kerja keras.
Baik.. selamat
belajar menjadi Penulis Skenario. Semoga buku singkat ini bsia berguna. Dan
semoga bisa menjadi Penulis Skenario yang baik dengan tanpa menjiplak ataupun
mencontek karya orang lain.
Terimakasih Tuhan Atas Segalanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar